Monday 13 August 2012

Untuk apa kita sekolah dan kuliah kalau Ujung-ujungnya jadi pengangguran?

Buat apa kita sekolah  dan kuliah kalau ujung-ujungnya jadi pengangguran? itulah pendapat orang saat ini. bayangkan saja, untuk mendaftar masuk sekolah dan kuliah harus mengeluarkan biaya yang relatif mahal. coba bayangkan, kita di sekolahin selama 12 tahun untuk apa? kuliah 4 tahun untuk apa? apakah untuk mencari ilmu?, apakah mencari pacar?, apakah untuk mencari nilai ?, apakah hanya sekedar mejeng dikantin?, apakah untuk sekedar hura-hura?tetapi orang berpendapat sekolah dan kuliah  memang untuk mencari ilmu tetapi jawabannya instan sekali . yang paling kreatif adalah sekolah dan kuliah tujuannya untuk menjadi orang yang terdidik dan menjadi manusia yang berakhlak  agar setelah keluar dari bangku pendidikan kita sudah siap bersaing dengan Lulusan Luar Negeri dan apara ekspatriat untuk memasuki dunia pekerjaan dan menjadi generasi muda yang berkualitas.
fakta menunjukan di Indonesia, 8% dari 62 juta anak muda Indonesia menjadi pengangguran. mereka tidak mempunyai skill yang baik, tidak bisa berkomunikasi yang baik, dan tidak mempunyai ketrampilan untuk memasuki dunia pekerjaan. sayang sekali, di Indonesia Lapangan Pekerjaan sangat sedikit, mereka bingung mau bekerja sebagai apa dan hanya beberapa pekerjaan yang tersedia.

Jadilah Orang Tua yang Tegas Bagi Anak

Setiap hari melayani pelanggan, banyak hal menarik yang saya hadapi. Karena menjual pakaian anak-anak, maka yang sering hadir di toko tentu saja orang tua dan anak mereka. Saya bisa belajar mengenal karakter anak lebih banyak, dan menjadikan orang tua mereka sebagai referensi atau pembanding bagi saya dalam mendidik anak-anak saya.
Dalam urusan memilih barang, pakaian misalnya beragam sifat dan karakter anak. Ada anak yang dapat dengan mudah memutuskan mana baju yang ingin mereka beli. Dengan senang hati anak mau mencobakan. Jika ibunya mengatakan kurang bagus dia menurut dan mengganti dengan yang lain. Namun ada juga yang keukeh mempertahankan maunya, di sinilah biasanya seorang ibu diuji. Apakah ibunya mengikuti mau anak, atau punya cara jitu untuk menjelaskan kalau itu tidak pas bagi anaknya. Bahkan ada juga anak yang sama sekali tidak bisa memutuskan baju apa yang ingin dia beli, semua keputusan terserah pada orang tua.
Seperti kemarin saya kedatangan pelanggan dan anak perempuannya yang baru berusia 1,5 tahun. Saya menawarkan satu dress lucu yang saya yakin pasti bagus dipakainya. Si ibu kemudian memasangkan baju tersebut pada anaknya. Dan dugaan saya benar, baju itu pas di badannya. Si ibu juga setuju dengan saya, dia menyukainya.

Sunday 12 August 2012

Cara Meningkatkan Minat Baca Siswa di Sekolah

Masyarakat di Indonesia memiliki karakter yang berbeda-beda di setiap daerah begitu juga dengan karakter pelajar di sekolah. Dalam bidang budaya membaca seringkali media dalam mempublikasikan selalu di dominasi dengan pemberitaan yang menyatakan bahwa minat baca pelajar di Indonesia Rendah. Padahal secara fakta pasti ada (mungkin banyak) sekolah yang pelajarnya banyak yang suka membaca tapi hampir tidak pernah (sangat jarang) di publikasikan.
Berdasarkan pengalaman penulis yang sering berkunjung di beberapa sekolah dan mendengarkan curhatan dari pengelola perpustakaan sekolah melalui jejaring social menyatakan jika sebenarnya minat baca pelajar tinggi. Melalui tulisan ini penulis ingin berbagi tips bagaimana supaya minat baca siswa di sekolah tinggi.

1. Tersedianya Perpustakaan yang Dikelola dengan Baik
Bicara terkait dengan budaya baca tidak lepas dengan adanya peran penting sebuah perpustakaan terlebih di lingkungan sekolah. Sebuah perpustakaan harus memberikan pelayanan dan manajemen yang baik dalam memberikan kebutuhan referensi siswa di sekolah. Jika perpustakaan adalah sebuah produk maka dia harus menjamin kwalitasnya dengan baik dan disukai oleh konsumen dalam hal ini oleh pelajar. Pustakawan juga harus cerdas dalam menganalisa koleksi buku apa yang di inginkan dan disuka oleh pelajar jika perlu dilakukan penelitian atau request.
2. Promosi Gerakan Gemar Membaca di Lingkungan Sekolah
Jika anda belajar dari perusahaan produk-produk yang mendunia, anda akan tahu betapa faktor penentu laku tidaknya sebuah produk adalah ditentukan faktor promosi (iklan), Tentunya poin pertama diatas (kwalitas) harus diutamakan. Jika poin pertama (Tersedianya Perpustakaan yang Dikelola dengan Baik) sudah terpenuhi, maka promosi wajib gencar dilakukan.
Cara untuk melakukan promosi ini bisa bekerjasama dengan pihak kepala sekolah bersama jajaranya. Akan lebih baik lagi jika Kepala Sekolah, Guru, dan staff sekolah menjadi orang pertama yang mengawali gerakan gemar membaca di sekolahnya. Bisa juga membuat baliho atau spanduk di sekitar sekolah yang berisi seruan rajin membaca misalnya “Kami Ingin Pintar makanya Kami Suka Membaca” , Ingin jadi Juara dan Berprestasi ? Rajinlah Membaca” begitu dan sejenisnya.